Sabtu, 09 Maret 2013

Jogja : Backpack Hemat Penguras Dompet

05.23




Mengisi liburan semester kali ini, pilihan saya jatuh ke Kota Gudeg, Jogjakarta. Alasannya simple, ‘ingin berwisata murah’, dari makanan, transportasi serta oleh-olehnya, lebih dari itu karena saya memiliki teman yang siap menampung saya selama berlibur. Tiket pulang pergi Bandung-Pekanbaru-Bandung dan Surabaya-Denpasar-Surabaya dari Airasia sengaja saya biarkan hangus karena alasan ingin mencari alternative liburan yang jauh lebih murah lagi.
Senin, 28 January 2013, saya akhirnya berangkat ke Jogja dengan menggunakan Kereta Ekonomi rute Pasar Senen – Lempuyangan dengan harga 35.000 saja—murah bukan?— dan sampai di Jogja keesokan harinya. Meski sendirian, namun saya cukup menikmati perjalanan tersebut, sebab setiap berhenti di stasiun tertentu, saya disuguhkan dengan arsitektur stasiun kereta yang cantik dan bernuansa eropa.
Sampai di Jogja, saya langsung disambut dengan atmosphere unik yang sukar saya temukan di Jakarta seperti jalanan yang bebas macet, beragam jenis adv yang cukup eye catching serta yang paling penting adalah jajanan yang tersebar dari tepian jalan, ruko, komplek hingga Mall yang kesemuanya terlihat sangat menarik untuk dicicipi serta tentu saja Factory Outlet yang, ya ampuuuunnn, bikin saya nyesel pernah masuk!
Bicara tentang makanan, saya pikir, Jogja memang surga makanan. Saya katakan demikian karena selama beberapa hari di kota ini, saya mendapati banyaknya jajanan dan makanan yang enak-enak, pilihan yang beragam serta murah banget—compared to Jakarta loh ya!—hal tersebut masih ditambah dengan dekorasi toko yang unik dan menarik untuk disinggahi. Tidak hanya berhenti di situ saja, fasilitas free Wifi yang disediakan di hampir semua tempat makan dan cafe, menjadikannya cozy dan membuat para pengunjung betah untuk lama-lama berada di tempat tersebut.
Sebut saja misalnya Kedai 24 Jam. Sebagaimana namanya, kedai ini memang buka selama 24 jam. Hal menariknya adalah menu yang mereka sediakan misalnya menu GOGOLO, acronym dari Gerombolan Nasi Goreng Sesuka Lo, PELACUR, acronym dari Pemusnah Lapar Cukup Rasional, MASTURBASI dari Mie Nasi Telur Bercampur Dalam Satu Porsi, dan lain sebagainya. Sementara untuk minuman ada Buih Buih Syurga yang berisi aneka jenis muniman bersoda, Milk Sex, Warna Warni Horny serta Smoothy Orgasm yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Harganya? Murahnya kebangetan! FYI, range harga dari 2000 hingga 12.000an saja. Bagaimana dengan rasanya? Enggak usah kuwatir, semuanya enak! Just give a try on!
Salah satu tempat makan lainnya yang saya samperin dan tergolong unik adalah the House of Raminten. Well, saya setuju bahwa tempat makan tersebut memang unik, keunikan yang bikin saya tidak betah berlama-lama di dalamnya, dan penyebabnya tidak lain kecuali aroma kembang tujuh rupa yang menyerbak dari segala penjuru. Mungkin bagi sebagian besar aroma tersebut tidak ada masalah, bahkan mungkin cukup relaxing, tapi tidak bagi saya yang menilainya seperti lagi makan di pekuburan atau tempat angker, belum lagi suasana lampunya yang temaram, duh! Yet, semua itu nyatanya tidak menganggu selera makan saya, ayam bakar dan ice cream bakarnya cukup menggugah selera, terlebih harganya yang,,, hmh,,, murah! J
Bagaimana dengan shopping paradise? Well, awalnya saya underestimate terhadap jogja. Iyalah, itu kan kota kecil, means, ZARA, Pull and Bear, Top Man, Mooks, Prada, LV etc udah pasti gak ada, buat para shopaholic, Jogja isn’t the exact right place buat belanja. Iya itu awalnya, sebelum akhirnya temen saya, pas hari pertama—pula—ngajakin saya ke salah satu factory outlet tak jauh dari pusat kota. Tempatnya yang nyaman, pilihan yang banyak, unyu-unyu, serta harga yang superb terjangkau hanyalah sekelumit hal yang bisa memanjakan mata anda yang gila belanja. Well, setelah ambil beberapa barang dan bayar ke kasir, sesal saya bukan kepalang, sebab yang terlintas dalam benak saya setelahnya adalah, “TIGHTEN YOUR SEATBELT!” with CAPS, means, saya harus puasa karena uang yang aturan saya pakai untuk ‘menyambung hidup’—sengsara banget sih gw—udah menipis sejak hari pertama karena FO brengsek itu! argh!
Selain kedua hal tersebut di atas, belum pas rasanya jika membicarakan Jogja tanpa menyinggung kebudayaannya. iya, kebudayaannya! sekali lagi, kebudayaannya!! selama kurang lebih 1 minggu menjelajahi sudut-sudut kota tersebut, membuat saya, yang dulunya suka sensi—atau syirik—pas denger label ISTIMEWA pada I di akronim DIY, memafhumi labelitas tersebut, iya, jogja itu istimewa. Masyarakatnya yang ramah, kebudayaannya yang Alhamdulillah masih terjaga dengan cukup baik, serta lingkungannya yang sangat mendukung hanyalah salah tiganya.
Lastly, banyak orang yang bilang Jogja itu ngangenin, dan ember, jogja agaknya memang diciptakan untuk menebar virus “Jogja Fever”. Jadi pengen ke Jogja lagi, pengen makan-makan lagi, pengen menyusuri sudut demi sudut kota dan perkampungannya lagi, dan yang pasti, pengen menyusahi temen saya lagi, bahagia gitu rasanya bersenang-senang di atas penderitaan teman sendiri yang harus mengantarkan saya kemana-mana dan mengabulkan permintaan saya yang banyakan gak masuk akalnya. Thanks Hamli,,, XOXO.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Posting Komentar

let's share knowledge! :)

 

© 2013 wellcome to saxera's zone. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top