Selasa, 21 April 2009

Menerima Perbedaan Cinta

04.24



Jika ditanya tentang cinta, tentu saya akan mejawab Abstrak. Abstrak karena hingga kini orang mengangapnya sebagai ihwal yang tak mampu dideskripsikan melalui kata-kata. Abstrak karena mata kaca yang dipakai kerap berbeda antar satu indifidu dengan indifidu lainnya. Meski abstrak adalah kata sifat, namun sifat tersebut mampu menjadi representasi dari substansi cinta. Kadang ia datang penuh suka, penuh cita dan penuh tawa. Namun tak jarang ia juga datang dengan penuh duka, penuh pedih dan penuh airmata. Tak mengherankan jika kedatangannya ditengah masyarakat yang beragam, beragam pula nasibnya. Kadang dipuja karena sama dengan kisah cinta yang dialami masyarakat kebanyakan, atau paling tidak sedikit menyamai kesamaan cerita cinta yang dirasa dan dikarsa oleh maysarakat umumnya. Dan kadang dihujat karena ia datang dengan versi berbeda sama sekali, atau paling tidak sedikit tak selaras dengan kewajaran yang menjadi ukuran masyarakat pada umumnya.

Sepenjang sejarah manusia diciptakan, sepanjang itu pula kisah cinta berbaur dan berasimilasi dengan manusia. Aneka etnis, bangsa, suku dan kultural yang berbeda, menjadikan kisah cinta di masing-masing etnis, bangsa, suku dan kultural yang berbeda tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Entah dalam ihwal representasinya ataupun konsepsinya. Baik kisah cinta antara satu kelompok masyarakat tertentu, atau satu kelompok dengan kelompok lainnya. Namun dari sekian banyak hal pembeda, semuanya mengerucut pada satu titik; kasih sayang dan cinta yang mampu tercurah dan dicurahkan.

Masyarakat indonesia yang masih memiliki mindset tradisional, baik pemikiran maupun lifestyle mereka, kerapkali merasa—jika tidak mau dibilang antipatif—kurang suka jika salah satu tetangganya yang masuk kategori cantik atau tampan, bertunangan dengan seseorang yang secara fisik sangat tidak sepadan dengannya, pun juga sebaliknya. Perasaan tidak terima kadang muncul meski kedatangan dan tuntutannya kerap tidak mendasar. Hanya rasa tidak senang saja yang menjadi acuan.

Atupun ketika derajat, entah harta maupun kedudukan di mata masyarakat yang timpang, maka cinta tersebut dirasa dan dipandang sebagai cinta abal-abal yang tak patut untuk direkonstruksi. Sebab realitas mengatakan, di klimaks cerita sejenis, perbedaan-perbedaan tersebut kerap kali mengundang kesalah pahaman dan mungkin juga perselisihan. Oleh karenanya, tanya ”untuk apa mempertahankannya?” tak mampu terjawab.

Pada dasarnya, penilaian masyarakat yang beragam terhadap perbedaan cinta merupakan hal lumrah yang memang telah ada sejak zaman dahulu. Oleh karenanya sangat tidak mungkin jika ini dihilangkan sama sekali dengan cara revolusioner. Terlebih jika pandangan masyarakat yang masih skeptif terhadap perbedaan cinta terkait dengan perbedaan yang melatarinya masih ambigu dari sisi salah benarnya, ini mengakibatkan kian menyulitkan proses identifikasi dan justifikasinya pula.

Namun meski begitu, ada beberapa hal kecil yang saya pikir harus diingatkan terhadap masyarakat. Bahwa perbedaan cinta yang hadir di tengah-tengah masyarakat, entah yang dianggap proporsional karena persamaan historisnya, pun juga kontroversial yang mengundang multipersepsi dan interpretasi dari halayak ramai, penilaiannya haruslah kembali pada substansi cinta itu sendiri. Pemahaman masyarakat akan multi interpretatifitas dan ambiguitasnya substansi cinta, harusnya dijadikan alasan kuat, bahwa ketak selarasan, dapat juga hadir dengan wajah berbeda. Perbedaan disini juga dapat merambah pada bentuk, orientasi dan berbagai aspek lainnya, termasuk seberapa banyak individu mencintai.

Maka, hargailah cinta. Meski ia datang melalui wajah berbeda dengan kita

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

1 comments:

let's share knowledge! :)

 

© 2013 wellcome to saxera's zone. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top