Senin, 20 April 2009

HI Jurusanku

07.09


Ada Apa Dengan HI

Selasa 16 desember kemarin, mahasiswa Hubungan Internasional (HI) di semester I dari kelas A dan B kuliah bersama dalam satu ruangan, yakni Ruangan Theater lantai II Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS). Hal yang menarik perhatian bagi sebagian besar mahasiswa adalah, pada saat sebelum pelajaran dimulai, pak Nazaruddin Nasution, selaku kepala jurusan di HI sempat menyoal ihwal salah seorang mahasiswa yang berhasil menyabet juara pada salah satu lomba penulisan. Beliau sangat responsif akan keberhasilan salah satu anak didiknya dengan memberikan semangat pula terhadap seluruh mahasiswa yang hadir untuk meniru keberhasilannya. Beliau juga menambahkan, agar mahasiswa HI pada khususnya untuk tidak hanya berani berunjuk kebolehan di "kandang" sendiri, melainkan pada ranah yang lebih universal, semisal sekala Nasional atau bahkan Internasional.

Pada dasarnya, kebanggaan akan sesuatu, merupakan hal lumrah yang dapat dirasakan dan diungkapkan oleh tiap individu, toh setiap orang memiliki hak untuk menyatakan rasa, sikap dan pikiran. terlebih jika keberhasilan ini menyangkut milik seseorang yang posisinya sebagai bawahan yang dalam hal ini peserta didik. Sah-sah saja jika seorang dosen memberikan apresiasi, meski hanya sebatas sanjungan belaka.

Menarik untuk disimak, seringkali masyarakat salah persepsi mengenai kwalitas akan suatu hal. Dalam pendidikan misalnya, keberhasilan yang dicapai oleh seorang peserta didik, seringkali dikaitkan dengan lembaga yang menaunginya, atau terhadap kwalitas pengajar yang mendidiknya. Bahwa si peserta didik "mungkin" tidak akan berhasil jika tidak ditangani oleh pengajar yang berkwalitas, bahwa sistem pendidikan yang baguslah, yang menunjang keberhasilannya. Hingga tidak mengherankan jika pada gilirannya nama baik lembagalah yang akan meningkat di mata masyarakat luas. Sementara hal lain, yakni tingkat intelegensia peserta didik, yang pada hakikatnya menjadi sumber utama keberhasilannya, justru dinomor sekiankan.

Secara umum, keberadaan pengajar yang berkualitas dan sistem pendidikan yang cukup baik, memang menjadi menunjang perkembangan intelegensia peserta didik, namun untuk melihatnya dalam konteks realitas, dapat dinilai masih terlalu rancu, oleh karena itu, perlu kiranya kita memakai suatu parameter untuk mengukurnya. Misalnya dengan melihat kwantitas peserta didik yang secara kwalitas masuk pada kategori baik.

Kwalitas sistem, baru akan dikatakan baik jika sistem tersebut mampu mencetak jumlah kwalitas output yang dihasilkan lebih dari separuh jumlah barang yang diproduksi. Ini juga berlaku dalam hal pendidikan. Baiknya sistem pendidikan, akan sangat berpengaruh terhadap kwalitas peserta didik yang dihasilkan. Jika jumlah peserta didik yang berhasil mencapai 95%, atau paling tidak diatas separuh jumlah keseluruhan peserta didik, maka boleh dikata sistemlah yang berjalan dengan baik. Sebaliknya, jika kwantitas peserta didik yang terpuruk dalam kategori "orang-orang gagal" justru lebih banyak, maka kwalitas tersebut masih patut untuk dipertanyakan. Atau dalam ihwal kwalitas pengajar. Baik buruknya kwalitas pengajar akan sangat berpengaruh terhadap kecakapan dan kecerdasan peserta didik.

Lantas bagaimana dengan HI, jurusan kebaggaan kita ini? Adakah diantara kedua unsur penunjang keberhasilan mahasiswa tersebut yang telah teraplikasi di jurusan tercinta ini? Saya pikir sudah ada, hanya keberadaannya baru sebatas ujung kuku jari kelingking saja. Namun ini patut kita maklumi, mengingat HI merupakan jurusan yang baru berdiri dua setengah tahun yang lalu.

Dalam konteks keberhasilan ini, harus diakui, bahwa kemauan dan daya kompetensi peserta didiklah yang menjadi sumbernya. Hal ini tidak bisa ditampik, sebab salah dua tesis yang telah dipaparkan di pragrap sebelumnya belum ada di jurusan HI ini.

Kembali pada apresiasi tersebut, saya pikir perasaan bangga saja tidak cukup untuk meningkatkan taraf keilmuan, apresiasi yang hanya berbentuk sanjungan ini tidak akan memberikan dampak yang cukup berarti terhadap tingkat intelegensia peserta didik. Lebih dari itu, Perasaan bangga ini, seharusnya dibarengi dengan sikap tanggap terhadap segala kebutuhan mahasiswa yang mampu menunjang daya kreatifitas mereka, setidaknya dalam sarana yang dapat dijangkau oleh jurusan. misalnya dengan menyediakan Koran untuk dibaca oleh mahasiswa, tentunya Koran yang up to date—bukan sisa hari atau tahun kemarin—setidaknya HI sebagai prioritasnya. Bukankah budget yang diturunkan untuk perkembangan HI diatas rata-rata jurusan lain di UIN? Ini penting karena kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik akan lebih cepat akselerasinya pada tahap yang baik jika ditunjang dengan fasilitas yang memadai. Dengan ini, perasaan bangga tersebut akan tidak terasa "memalukan" jika dinikmati oleh pihak atasan, sebab ada usaha yang dilakukannya untuk menuju kesuksesan tersebut.

Terlepas dari kebanggaan yang pada akhirnya hanya berperan sebagai "Nina Bobo" belaka, apresiasi tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai sebuah penghargaan yang baik untuk meningkatkan kecakapan dan nilai kompetensi mahasiswa, ya, kalau dianalogikan dengan nilai Kartu Hasil Studi (KHS), saya pikir nilai "C" sudah cukup untuk mewakilinya.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

1 comments:

  1. great
    aku suka tulisan ini
    sungguh sangat ironis yah???
    harga mahal tapi enggak dibarengi dengan sistem pendidikan yang baik....
    :'(

    BalasHapus

let's share knowledge! :)

 

© 2013 wellcome to saxera's zone. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top