Minggu, 22 Maret 2009

Kaum Bersarung dan Syariah dalam Tantangan Global

08.11


Kaum Bersarung dan Syariah dalam Tantangan Global

Oleh : Hafiz Al Asad *)....


Santri, sebagaimana kita ketahui, merupakan pelajar yang intens dalam mempelajari agama islam, dengan pesantren sebagai wadahnya. Santri kerapkali diidentikkan dengan sosok yang mumpuni dalam ilmu keagamaan atau sosok sopan yang bijak dan kharismatik. oleh karenanya tidak mengherankan bila sebagian masyarakat, entah di perkotaan ataupun di pedesaan kerapkali memberikan kepercayaan penuh, baik untuk memberikan tausiah, mentoring ataupun sekedar membacakan doa. Lebih dari itu, intensitas pembelajaran yang cukup padat dalam berbagai disiplin ilmu keagamaan, juga menjadi alasan kuat
masyarakat memilih santri sebagai panutan.

Sayang, memasuki era globalisasi, kiprah kalangan pesantren mulai memuram di mata masyarakat umum. Di mata mereka, pesantren bukan lagi sebagai institusi yang mampu menciptakan masyarakat “berpendidikan”, pesantren bukan lagi institusi kalangan intelektual, dan bukan institusi pencipta kader yang kokoh dalam menghadapi tantangan masa depan, terlebih ketika PBB melalui UNDP memberikan pernyataan bahwa banyak santri yang masih masuk kategori buta huruf. Bahkan yang lebih miris lagi, kebanggaan santri sendiri terhadap pesantrenpun juga turut memudar seiring perkembangan zaman. Globalisasi seakan menjadi momok bagi kelestarian pesantren.

Searus dengan Globalisasi, sistem perekonomian syariah juga mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. realitasnya, tahun 2008 kemarin hingga awal tahun 2009 ini, sistem perekonomian syariah menjadi satu-satunya sistem yang ampuh melawan badai krisis keuangan dan resesi global yang diakibatkan oleh keserakahan Lehman Brothers, sebagai salah satu lembaga keuangan terbesar di Amerika.

Ditengah sebagian besar negara penganut sistem perekonomian kapitalis mengalami depresi karena nilai harga saham mereka ambruk dan nilai tukar mata uang menurun drastis, sistem perekonomian syariah justru berperan, laiknya kontes Miss Universe yang mampu menyihir mata masyarakat internasional dengan menjadi salah satu pilar utama dari pelbagai sistem perekonomian yang
mampu menaungi ketakutan sebagian besar masyarakat di berbagai negara terhadap krisis finansial dan resesi global. Bahkan sebagian pengamat dan pemain
perekonomian sekelas Amerika yang pada dasarnya mengidap kapitalisme akut, juga mengungkapkan rasa ketertarikannya terhadap ekonomi syariah ini.

Mengguritanya sistem perekonomian syariah yang ditandai dengan meningkatnya minat investor pada perbankan syariah untuk berinvestasi, atau meningkatnya pendapatan operasional bank syariah, yang pada Juli lalu bergerak pada kisaran 21,01 persen menjadi Rp 3,047 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya berkisaran Rp 2,518 triliun, dan atau menjamurnya bank konvensional yang membuka layanan syariah, menjadi contoh yang tak dapat terbantahkan.

Namun demikian, diakui atau tidak, sistem ekonomi syariah memang masih menyimpan berbagai kekurangan yang patut untuk dibenahi. Ini penting jika
memang ada keinginan dari kalangan muslim—sebagai basis utama tumbuh kembang ekonomi syariah—untuk menciptakan sistem tersebut, applicable dan acceptable pada ranah yang lebih universal, semisal Internasional.

Diantara problem yang masih betah menjangkiti perbankan syariah adalah minimnya Sumber Daya Manusia yang dapat dinilai kualitasnya masih jauh panggang dari bara.

Realitas tersebut dapat dilihat dari banyaknya peminat pada program perbankan syariah di berbagai universitas di ....indonesia.... yang masih didominasi
kalangan umum yang secara mendasar kurang mumpuni dalam bidang keagamaan. Langsung ataupun tidak, Implikasinya sangat jelas, bahwa sistem perekonomian syariah yang diaplikasikan jika tidak dibarengi dengan wawasan keislam itu sendiri, akan mengakibatkan ketimpangan antara sistem yang di jalankan dan sistem yang seharusnya berjalan.

Ini sangat beralasan mengingat masyarakat umum kebanyakan menilai tumbuh kembang perekonomian syariah bukan sebagai lahan dakwah ataupun media untukmensyiarkan eksistensi fundamental islam yang sejatinya tak hanya berkutat dalam ihwal ibadah semata, bahwa sistem dalam islam juga menggerayang hingga aspek keuangan masyarakat. Mereka lebih suka menilai tumbuh kembang sistem ekonomi syariah sebagai lahan bisnis atau sekedar kendaraan untuk menyambung hidup yang kian erat meng-himpit.

Realitas tersebut, menggiring paradigma baru, bahwa, ada kesempatan yang begitu luas bagi kalangan pesantren untuk merubah realitas keberadaan globalisasi yang kian ganas menggilas eksistensi dan paradigma masyarakat yang skeptis terhadap pesantren. Bahwa, arena global yang telah terpampang didepan, bukan lagi rintangan bagi kalangan pesantren, justru sebaliknya, globalisasi dapat berubah peran menjadi panggung untuk berkompetensi dan tempat ajang berekspresi hakikat pesantren.



Pengetahuan ilmu fiqh yang memadai merupakan suatu keistimewaan yang laik jual dan marketable, baik di kancah domestik, regional maupun internasional. hal ini akan sangat berguna bagi tumbuh kembang perbankan syariah di satu sisi dan pembentukan image baru para santri di sisi lain: Bahwa santri tidak hanya bisa berdoa, membaca tulisan arab atau memutar tasbih
belaka, namun juga bisa berbisnis dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip
keislaman.

Disamping itu, salah satu modal yang bisa “dijual” kalangan santri adalah
Pengetahuan keagamaan yang luas, yang dimiliki. Modal tersebut menjadi satu
alasan kuat untuk peningkatkan keahlian perbankan syariah yang profesional dengan pengaplikasian service excellence, legal aspect dan riskmanagement, Skills yang hingga kini masih mejadi impian belaka.

Moralitas dan sikap terbuka yang telah dipupuk di pesantren, bahkan dapat dikatakan telah membudaya, juga menjadi nilai lebih yang sangat berguna jika diaplikasikan dalam ranah perbankan. Moralitas tersebut mampu menjadi—laiknya pasar oligopoly—konsep differensiasi dengan pelayanan bank konvensional yang cendrung dipenuhi dengan mindset materialistis.

Jika kalangan santri memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin, keberhasilan perbankan syariah dalam bersaing dengan perbankan konvensional yang telah lebih dulu melangkahi start, bukan sebuah kenistaan lagi.

Minimalisasi risk management yang hingga kini masih megap-megap dalam ranah konsep dan retorika, juga akan mampu teraplikasi dalam ranah realitas jika kalangan santri dan sistem ekonomi syariah mampu bersinergi dengan sebaik mungkin.

Untuk mewujudkannya, tentu tidaklah mudah, namun hal tersebut bukan juga penentu ketidak mungkinan cita-cita luhur ini terwujud. Semua membutuhkan proses.

* Mahasiswa
Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah dan Sekum FKMSB Jakarta.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Posting Komentar

let's share knowledge! :)

 

© 2013 wellcome to saxera's zone. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top