Selasa, 19 Juli 2011

kingdom of garfield

18 Juli 2011 saya bersama teman-teman lain yang dari Indonesia, Malaysia serta the Philippines mendapat kesempatan untuk menyambangi kediaman Jim Davis, pembuat tokoh kartun Garfield yang tinggal tidak jauhdari tempat kami kuliah. ia terletak di Muncie Indiana. ini dia beberapa gambar yang bisa saya bagi
ini namanya King Garfield

king Garfield bersama dengan teman-temannya

King Garfield naik balon udara

yang ini Pembokat King Garfield berasal dari Indonesia... hanya saja memang wanita yang satu ini agak keterlaluan, sudah tau King Garfield kecil, masih saja mau dia tunggangi!


foto ini merupakan koleksi yang paling aku suka... temanya MONAPIZZA
cantik sekali kan?
dia Garfield yang bencong! hihihihi

tibalah pada akhir acara, saat teman-teman dari Indonesia, Malaysia dan the Philippines menjajah kerajaan King Garfield....


Minggu, 03 Juli 2011

Aku Orang Indonesia dan Aku Bangga Berbahasa


Menurut Deisha, salah satu peserta Summer Short Course Study of the U.S. Institute on New Media and Politics tahun 2010, tidak sedikit dari peserta dari Indonesia, lebih banyak tidak berinteraksi dalam kelas, tidak seperti kebanyakan teman-teman lain yang dari Philippines atau Malaysia, alasannya hanya satu : Bahasa! Ya, dan aku mengiyakan persoalan tersebut. Karena beberapa saat lamanya semenjak aku dan beberapa kawan sampai ke kampus, mengalami hal serupa. Namun ada sebuah cerita menarik yang aku dapatkan dua hari ini.
Kemarin, tanggal 2 Juli 2011, aku kebetulan mendapatkan kesempatan untuk Home Stay bersama salah satu warga asli Amerika, salah satu alasan mengapa kegiatan ini digelar adalah, agar kami, mahasiswa yang dari Indonesia bisa merasakan bagaimana gaya hidup orang Amerika yang sebenarnya, sebab selama sampai di Amerika, semua mahasiswa yang ada, tinggalnya di Hurst dan Mysth Dormitory yang berada di La Falettee, komplek Ball State University (BSU).
Saat kami baru sampai di rumah Pak Loe dan Bu Hope dan meletakkan barang-barang yang dibawa dari Dorm, kami langsung diajak ke sebuah daerah bernama Genewa, sebuah daerah yang sedikit terpencil tak jauh dari kota Portland untuk melihat sebuah komunitas bernama Amish. Mereka adalah orang asli Switzerland alias Swiss yang sudah lama tinggal di Amerika namun tetap menggunakan bahasa dan kebudayaan tradisional mereka, termasuk mereka juga menggunakan bahasa Swiss kuno sebagai bahasa sehari-sehari mereka. Makanya tidak mengherankan jika bahasa mereka tidak sebagus dan sefasih kebanyakan orang Amerika asli.
Esok harinya, saat makan siang, aku diajak ke sebuah Gereja tempat biasa Pak Leo dan Bu Hope biasa beribadah, aku bertemu dengan komunitas China yang tinggal di Amerika. Beberapa baru tinggal di Amerika selama 1 tahun, ada yang sudah 3 tahun, sebagian kecil sudah 12 tahun. Dan malah ada dari mereka yang sudah jadi pengajar tetap di BSU. Meski sudah tinggal cukup lama, namun bahasa Inggris mereka masih belepotan, mungkin bisa dikatakan bahasa inggris ku lebih baik—haha—dan karena itu, aku bicara dengan mereka cukup percaya diri.
Melihat kembali terhadap persoalan bahasa yang biasanya dihadapi oleh teman-teman dari Indonesia, aku jadi berpikir, berpikir tentang bahasa inggris, bukanlah pikiran yang seharusnya kita pajang pada premier problem, sebab pada dasarnya, bahasa bukanlah penghalang bagi seseorang untuk mengekspresikan serta menunjukkan seberapa antusias dan pintar seseorang. Karena yang terpenting adalah apa yang kita sampaikan bukan pada bagaimana kita menyampaikannya. Seperti kata pak Teguh, “Bahasa hanyalah alat atau jembatan”.
Berkaca pada orang-orang China itu serta orang-rang Swiss yang telah tinggal di Amerika selama puluhan bahkan mungkin ratusan tahun, serta kondisi bahasa Inggris mereka yang tidak sefasih kebanyakan orang Amerika maupun Negara lain yang menggunakan Inggris sebagai bahasa kedua (Second Language) atau bahkan bahasa pertama, tidak pernah membuat mereka malu untuk berbahasa inggris. Mereka tetap percaya diri untuk berbahasa inggris.
Namun demikian, ini bukan lantas berarti bahasa Inggris tidak penting. Ia tetap penting, sebab ia adalah bahasa Internasional dimana banyak masyarakat di berbagai belahan dunia memilih menggunakan bahasa inggris sebagai komunikasi bersama orang asing lainnya. Dan dengan bahasa inggris pula, kita bisa mempromosikan serta menyuarakan Indonesia di dunia Internasional. Aku setuju dengan istilah, “Belajar bahasa asing harus, dan belajar bahasa Indonesia adalah WAJIB!”
Mengakhiri tulisan ini, aku kutip salah satu kalimat yang dicuapkan Bu Hope sesaat sebelum aku meninggalkan rumahnya, “You are really representing your country as well!”, senengnya dibilang demikian, yah meski saat aku berkomunikasi dengannya pakai bahasa inggris yang awut-awutan. :) 

About Me

Foto saya
Care Calm n' Comfortable

Pembaca Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Follow us on FaceBook

 

© 2013 wellcome to saxera's zone. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top